Laman

Sabtu, 26 Maret 2011

Sejarah Turunan Suku Jambak di Minangkabau

October 15, 2009 in Suku, Tarikh | Tags: Minangkabau, Suku Jambak

Salah satu kelemahan dalam menelusuri jejak sejarah di Minangkabau adalah tentang sumber yang tidak otentik atau sumber yang kebenarannya secara ilmiah diragukan, akan tetapi dalam hal lain komunitas Minangkabau sendiri merupakan kumpulan masyarakat yang sangat unik dalam memelihara sejarah mereka, walaupun sejarah tentang hikayat apapun dinegeri ini tidak pernah ditulis secara sistematis dalam satu literatur tertentu akan tetapi pendahulu atau nenek moyang orang Minang mewarisi cerita-cerita yang berkembang dimasyarakat melalui kaba dari mulut kemulut. Kaba ini sangat popular ditengah masyarakat Minang dengan Tambo Alam Minangkabau.

Tidak jauh berbeda dengan sejarah suku-suku yang ada di Minangkabau termasuk sejarah tentang eksistensi suku Jambak yang berkembang disemua pelosok yang ada negeri ini, Merupakan suatu hal yang terkait dengan sejarah perjalanan suku tersebut tidak dapat dipetik dari satu sumber tertentu yang otentitasnya dapat dipercaya, akan tetapi dari perjalanan saya kebeberapa wilayah di Sumaterabarat sampai ke Riau daratan dan Jambi ada beberapa kesimpulan yang dapat dipetik dari perjalanan panjang tersebut ditambah dengan beberapa referensi yang tertuang dari karya ilmiah tentang Minangkabau dan artikel-artikel media massa.

Pada awalnya terbentuknya suku di Minangkabau diyakini banyak penduduk Minang bersumber dari dua suku yaitu Koto Piliang dan Bodi Caniago, karena pertambahan jumlah penduduk dan banyaknya berdiri kampuang-kampuang baru dinegeri ini ditambah dengan pengembangan budaya yang muncul dari masing-masing nagari waktu itu, mulailah kelompok suku tersebut terpecah kepada beberapa bahagian menurut garis keturunan ibu. Diantaranya adalah Koto Piliang berkembang menjadi suku Koto dan suku Piliang, begitu juga dengan Bodi Caniago berkembang jadi suku Bodi dan suku Caniago dan suku-suku tersebut terus berkembang sampai menjadi puluhan bahkan ratusan suku.

Perkembang wilayah di Minangkabau dari taratak yang akhirnya menjelma jadi koto, maka seiring dengan itu berkembang pulalah suku-suku yang ada, dimana asal muasalnya adalah dua suku besartersebut.

Berbeda dengan keberadaan suku Jambak di Minangkabau bahwa kehadiran suku ini tidak berakar pada dua suku yang ada sebelumnya akan tetapi suku Jambak merupakan suku pengembara yang datang dari tanah Tiongkok. Kehadiran suku dari tanah seberang tersebut sampai menyebar ke wilayah daratan Minangkabau.

Wilayah pertama yang mereka kunjungi adalah daerah Agam tepatnya di Koto Tuo Balaigurah Ampek Angkek. Ada satu kampuang kecil disana dihuni oleh sekelompok suku yang datang dari Turkestan (Asia Tengah), penduduk yang tinggal diwilayah Koto Tuo tersebut adalah cikal bakal lahir suku Sikumbang. Orang Sikumbang masih satu bangsa dengan pendatang yang ada di Luhak Nan Tuo akan tetapi mereka berbeda keturunan dan tidak satu tampek hinggok, artinya bangsa Turkestan yang datang kewilayah Sumatera sebahagian ke Tanah Data sebahagian kecil ke Tanah Agam (Koto Tuo Balai Gurah).

Kebiasaan orang Tiongkok yang melakukan pengembaraan dengan sistem ekspansi itu terjadi di Koto Tuo, kelompok yang mengembara tersebut dikenal dengan turunan suku Campa, mereka datang dengan seorang pimpinan raja perempuan yang bernama Hera Mong Campa. Satu riwayat mengatakan Hera Mong Campa datang dari Mongolia, pendapat lain mengatakan dari Siam (Thailand) atau Champa (Kamboja&Vietnam). Mereka datang dengan berpakaian serba merah dengan umbul-umbul yang berlambang harimau dan ini juga cikal bakal lambang Kabupaten Agam dengan harimaunya serta sirah benderanya.

Hera Mong Campa adalah sosok yang sangat kejam dan sangat konsisten dengan aturan, bahkan dia pernah membunuh sendiri anak laki-lakinya karena melanggar aturan dalam suku mereka. Kekejaman suku Hera Mong Campa ini akhirnya melegenda sampai saat ini, hal tersebut dapat kita dengar ketika orang-orang tua memarahi anaknya dengan lost control sering melontarkan kata-kata “dicabiak Harimau Campo lah ang baa”. Artinya keganasan Hera Mong Campa akhirnya menjelma dengan sebutan Harimau Campo.

Orang Tiongkok pada waktu itu mempunyai kebiasaan berperang, kedatangan mereka di ranah Koto Tuo pun dilakukan dengan peperangan. Dari perjalanan panjang suku Campa di tanah Agam akhirnya membuahkan hasil dengan menyingkirnya penduduk yang mendiami Koto Tuo sebelumnya dan mereka hidup berkembang diwilayah tersebut sampai menyebar kebeberapa daerah diMinangkabau.

Sebahagian pendapat mengatakan penduduk yang mendiami Koto Tuo sebelum bangsa Tiongkok datang diperbolehkan tinggal didaerah asal mereka dengan sarat mengikuti aturan-aturan orang Campa dan sebahagian pindah ke daerah Kayu Tanam Pariaman dan kelompok ini yang berkembang menjadi Suku Sikumbang di Pariaman sampai ke wilayah Pesisir Selatan. Artinya Suku Sikumbang bukan bahagian dari Suku Bodi Caniago Maupun Koto Piliang hanya saja sama-sama kaum yang datang dari daerah yang sama yaitu Turkestan.

Jauh sebelum dikenalnya nama Minangkabau, kehadiran suku Campa sudah menyebar diwilayah Agam setelah mereka mengalahkan para pengembara Turkestan, menurut satu cerita keberadaan suku Campa di Tanah Agam terjadi sebelum pindahnya kaum Koto Piliang ke Luhak Limo Puluah Koto, itu makanya tanah Agam dikenal sebagai Luak Nan Tangah.

Karena proses panjang eksistensi pengikut Hera Mong Campa di tanah Agam, terjadilah perubahan sebutan dari suku campa menjadi suku Jambak, sama halnya dengan kisah Payokumbuah yang konon berasal dari kata Payau Kumuah.

Pemekaran wilayah pertama oleh suku Jambak adalah ke daerah Panampuang (salah satu nagari di Kecamatan Ampek Angkek) dan setelah itu menyebar sampai keseluruh wilayah lainnya. Saya pernah menemui ada sekelompok masyarakat dengan mayoritas suku jambak di Pasaman dan di Lubuak Aluang Pariaman, bahkan sampai ke daerah Bangkinang serta Taluak Kuantan.

Kabiasaan suku jambak diantaranya adalah

1. Mereka suka hidup berkelompok sesama orang Jambak.
2. Apabila melakukan kegiatan manaruko atau membuka lahan baru, maka wilyah tersebut diberi nama sesuai dengan nama suku mereka, tidak heran kalau disetiap wilayah yang ada di Sumatera Barat ada kampuang dengan sebutan Kampuang Jambak.
3. Secara genetic mereka pada saat usia lanjut mengidap penyakit tuli.
4. Dalam masyarakat suku ini lebih banyak menurut dan lebih banyak diam artinya tidak suka neko-neko.
5. Hal yang diluar nalar kita adalah apabila melakukan pesta sering datang hujan, konon cerita ini adalah persumpahan Hera Mong Campa ketika kemarau panjang yang melanda daerah mereka. Sehingga memohon pada Tuhan agar diturunkan hujan pada saat butuh hujan dan kebetulan waktu itu mereka sangat butuh hujan karena akan melaksanakan pesta.

Berkembangnya suku Jambak juga sama sepeti suku-suku yang berkembang di Luhak Tanah Data, suku Jambak juga berkembang menjadi beberapa bahagian. Menurut pendapat yang paling kuat adalah suku Jambak berkembang menjadi empat suku sekalipun ada yang berpendapat suku Jambak berkembang menjadi tujuh suku, ini juga disitilahkan dengan Jambak Tujuah Janjang, akan tetapi yang baru saya temui turunan suku Jambak baru empat nama lain.

Salah satu suku Jambak yang berkembang adalah:
1. Suku Salo
2. Suku Kateanyia
3. Suku Harau
4. Suku Patopang

Sakitu dulu dari ambo
Kok ado salah jo gawa
Talabiah takurang pado Allah ambo minta maaf pada nan banyak ambo minta ampun
Wassalam.

Sumber

http://et-ee.facebook.com/topic.php?uid=57271459414&topic=10457

Sabtu, 26 Februari 2011

RANJI LIMBAGO ADAT ALAM MINANGKABAU

RAJO TIGO SELO,
BASA AMPEK BALAI DAN TUAN GADANG BATIPUAH, GAJAH GADANG PATAH GADIANG, TAMPUAK TANGKAI ALAM, SAPIAH BALAHAN, KUDUANG KARATAN, KAPAK RADAI
DAN TIMBANG PACAHAN PAGARUYUNG SERTA
LANGGAM NAN TUJUAH KOTO PILIANG
LUBUAK NAN TIGO TANJUANG NAN AMPEK


RAJO TIGO SELO
1. Daulat Yang Dipertuan Rajo Alam Pagaruyung
2. Yang Dipertuan Rajo Adat Buo
3. Yang Dipertuan Rajo Ibadat Sumpur Kudus

II. 1. PUCUAK BULEK UREK TUNGGANG KELARASAN KOTO PILIANG:
Datuk Bandaro Putiah Sungai Tarab
2. PUCUAK BULEK UREK TUNGGANG KELARASAN BODI CANIAGO:
Datuk Bandaro Kuniang Lima Kaum Gajah Gadang Patah Gadiang.
PUCUAK BULEK UREK TUNGGANG NAN SALAREH BATANG BENGKAWEH :
Tampuak Tangkai Alam.
Tampuak Alam : Datuk Bandaro Kayo Periangan;
Tangkai Alam : Datuk Marajo Basa Padang Panjang.
SIMARAJO LELO NAN SAMBILAN:
Inyiak Sako Kumanjh

III. BASA AMPEK BALAI
1. Tuanku Panitahan Sungai Tarab Dt. Bandaro Putiah
2. Tuan Indomo Saruaso
3. Tuan Machudumsyah Sumanik
4. Tuan Kadi Padang Ganting
5. Tuan Gadang Batipuh Dt. Pamuncak Alam Sati

IV. SAPIAH BALAHAN KUDUANG KARATAN
Yang Dipertuan Padang Nunang Rao
Daulat Yang Dipertuan Parit batu
Yang Dipertuan Kinali
Yang Dipertuan Anggun nan Tongga Magek Jabang Tiku Pariaman
Daulat Yang Dipertuan Alam Surambi Sungai Pagu Tuanku Rajo Disambah
Sultan Indra Pura
Sultan Mukomuko
Rajo Alam Jambu Lipo Tuanku Ceti Bagindo Tan Ameh
Tuanku Sati Pulau Punjung
Tuanku Bagindo Ratu Siguntur
Rajo Kuto Basa, Tuanku Sri Maharajo Di rajo
Rajo Padang Laweh, Tuanku Bagindo Muhammad
Yang Dipertuan Gunung Hijau Gunung Sahilan
Tuanku Tambusai
Tuanku Rambah, Rokan
Sultan Koto Pinang, Rantau Prapat
Yang Dipertuan Besar Negeri Sembilan
Sultan Barus, Sultan Maharaja Diraja
Sultan Serdang
Tuanku Mudo Bisai, Kuantan
Tuanku Jelo Sutan, Singingi
Rajo Koto Anau, Dt. Bagindo Yang Dipertuan
Yang Dipertuan Besar Lubuk Gadang
Rajo Alahan Panjang, Tuanku Alam Jamah Rajo di Sambah
Rajo Sariak Alahan Tigo
Rajo Tarusan Dt. Bagindo Sari Sutan Basa
Rajo Bayang Nan Tujuah Koto Salapan
Yang Dipertuan Besar Ranah Pantai Cermin
Rajo Tanah Hyang Depati Atur Bumi, Kerinci
Rajo Indragiri, Sri Maharaja Sakti
Sultan Siak
Rajo Sungai Limau Bengkulu, Sri Sultan Maha Raja Sakti
Rajo di Aia Haji
Tuanku Rajo Kaciak di Padang
Tuanku Rajo Mudo sungai Ngiang, Rejang Lebong, Bengkulu
Tuanku Asri di Jambi
Rajo Cubadak, Tuanku Rajo Sontang
Rajo Pariaman
Rajo Manggarai Flores


V. KAPAK RADAI TIMBANG PACAHAN
1. Rajo Luak 50 di Air Tabik, Dt. Maharajo Indo Nan Mamangun
2. Rajo Sitanang, Muaro Lakin
3. Rajo Di Sandi
4. Rajo Situjuah Banda Dalam
5. Rajo Di Ranah Guguak Talago antiang, Dt. Bandaro Hitam
6. Rajo Tigo Balai Muaro Takus, Pucuak Bulek Muaro Takus
7. Undang Luak Naniang, Malaka
8. Pucuak Bulek Agam Biaro, Dt. Bandaro Panjang
9. Pucuak Bulek Baso, Dt. Bandaro Kuniang
10.Pucuak Bulek Koto Gadang, Inyiak Nan Bagombak
11.Pucuak Bulek Bonjol, Tuanku Bagindo Kali
12.Rajo Sakai Batin Iyo Bangso
13.Caramin Solok salayo
14.Kaco Bandorang Solok Salayo, Dt. Pangeran Sari Pado
15.Pucuak Bulek Urek Tunggang Lambah Nan Bajawi jawi, Dt. Tan Basa
16.Pucuak Bulek Urek Tunggang Kotogaek sungai Bintuangan, Dt. Bandaro Basa
17.Urang Tuo Koto Sabaleh, dt. Rajo magek
18.Parik Paga Nagari Guguak, Dt. Palimo sutan
19.Pucuak Undang Kumanis, Dt. Inyiak Cumano
20.Pucuak Pusako Kumanis, Dt. Rangkayo Basa
21.Pucuak Syarak Kumanis, Dt. Inyiak Jolelo
22.Rajo Ampiang Parak
23.Pucuak Bulek Koto Rajo, Kuantan
24.Pucuak Bulek Urek Tunggang sungai Lundang, Dt. Rajo Magek
25.Rajo Alam Koto Baru Solok, Dt. Bongsu Talanai Sati
26.Rajo Adat koto baru Solok, Dt. Labuah
27.Rajo Ibadat Koto Baru, Dt. Bandaro Hitam
28.Rajo Adat Salayo, Dt. Yang Pituan Sati
29.Rajo Ibadat Salayo, Dt. Tang Pituan Mudo
30.Rajo Lubuak Jambi
31.Tapatan Rajo di Supayang, Situmbuak
32.Tapatan Rajo di Sungayang, Dt. Rajo Panghulu Nan Bakuku Ameh
33.Tapatan Rajo di Pitalah, Dt. Rangkayo Hitam
34.Pucuak Bulek Limo Koto Diateh, Lintau, Dt. Simarajo di Lubuak Jantan
35.Pucuak Bulek Inuman Kuantan, Dt. Dono Sinukaro
36.Urang Gadang Kuantan Singingi, Dt. Rajo Mangkuto dan Dt. Bandaro

VI.LANGGAM NAN TUJUAH KOTO PILIANG
1. Tampuak Tangkai Koto Piliang, Pariangan padang Panjang
2. Pasak Kungkuang Koto Piliang, Labuhan Sungai Jambu Dt. Alibasa Batuah
3. Perdamaian Koto Piliang, Simawang dan Bukit Kandung
4. Cemeti Koto Piliang, Sulik Aia dan Tanjung Balik dt. Rajo Endah
5. Camin Taruih Koto Piliang, singkarak dan Saniang baka Dt. Nan gadang
6. Harimau Champo Koto Piliang, Batipuh Sapuluah Koto
7. Gajah Tongga Koto Piliang, Padang Sibusuk Silungkang

VII. LUBUAK NAN TIGO TANJUANG NAN AMPEK
Lubuak Sikarah
Lubuak Simawang
Lubuak Sipunai
Tanjuang Sungayang
Tanjuang Barulak
Tanjuang Alam
Tanjuang Bingkuang



















GELAR DI MINANGKABAU
MY BLOG WELCOME CURRICULUM VITTAE MUTIARA HIDUP GELAR DI MINANGKABAU AHMAD FAHMI ALDARWIS PHOTO What's New My Photos
IMAM MANGKUTO
Kenapa orang Minang bagala?
Masalah "gala" nan dipikua umumnya laki-laki di minang, sasuai jo pepatah urang tuo, ketek banamo - gadang bagala, bagi ambo iyo masih misteri gadang. Banyak bangso-bangso lain nan mambari gala khusus kapado urang-urang penting di kaumnyo, tapi biasonyo tampak alasan nan logis dalam pambarian gala tu, misalnyo karanonyo bangsawan, dipanggia Pangeran Anu, atau Sultan Fulan, atau Kiyai, atau Daeng dll. Tapi di awak di Minangkabau, gala tu dibagi-bagi baitu sajo sacaro marato ka tiok laki2 nan lah gadang tanpa maliek kecocokan dan kondisi sabananyo pado diri urang nan mamakainyo.
Tantu awak akan mangatokan gala tu warisan nan diturunkan dari mamak ka kamanakan. Di mamak tu tantu dapek dari mamaknyo pulo. Masalahnyo lai kinitu, apokoh mamak nan partamu mamakai gala tertentu memang mamakai gala tu karano jabatannyo? Kalau jabatan, mako dari gala seperti Maharajo, Bandaharo dan Temengguang dsb. jadi tapikie adokoh pangaruah dari kerajaan2 Hindu/Jawa dahulunyo? Tampaknyo indak ado indikasi sangenek alah juo bahaso awak maraso atau mangakui gala tu dari Jawa. Jadi, apokoh mungkin pernah ado di Minangkabau dahulu suatu sistem pemerintahan nan mirip Hindu/Jawa, tapi bukan berasal (atau hasil pengeruh kuat) dari Jawa, melaikan tumbuh dan berkembang sendiri di tanah Minang?
Kini mengenai pola penyebarannyo. Tadi megenai asal usul.
Penyebarannyo tampaknyo maikuti pola migarasi suku, dari nagari asal Pariangan di Tanah Datar, ke Luhak nan Tigo, dan akhirnyo ado ju ka Rantau nan Tujuah Jurai. Satiok suku mangatahui dari ma asal datangnyo, kama nyo babalahan, dan biasonyo gala pusako nan dipakai adolah gala nan dipakai di nagari asal juo. Tapi kalau mancaliak keadaan penyebaran gala pado maso kini, indak bisa awak manamukan suato pola penugasan pejabat pemerintahan dahulunyo di nagari-nagari tertentu. Misalnyo, kalu panghulu di kaum ambo bagala Dt.Makhudum di Pandai Sikek, indak bisa dikatokan secaro mayakinkan bahaso ambo keturunan seorang pejabat tinggi bidang keagamaan yang diutus oleh Makhudum dari Sumaniak ka Pandai Sikek katiko Islam baru masuak. Atau kalau Pangulu ambo Dt. Bandaharo Sati, apokoh ambo keturunan salah seorang Pejabat Keuangan di Pandai Sikek ketiko adat Nagari mulai disusun? Kemungkinan juo beliau itu hanya kebetulan seorang Bandaharo (atau keturunannya) nan pindah dari nagari lain dan katiko sampai di Pandai Sikek bekerja sebagai petani? Semuayo hipotesis sajo, dan indak ado keinginan ataupun urgensinyo masyarakat minang kini mempermasalahkan hal iko. Gala-gala tu dipikua sajo dengan senang hati.
Dikecualikan dari hal diateh adolah pembedaan pangka gala tu, Datuk, Sutan, Katik, dll nan memang biasonyo masih disasuaikan jo jabatan nan besangkutan dalam adat. Nan alah lari adolah sambungannyo, Bandaharo, Palimo, Tumanggung dst. Iko tampaknyo harus dicari polanyo dan direkonstruksi baliak.
Salah satu nan mulai menarik peratian ambo, dari mambaco buku-buku tambo nan ado, tampak satu pola yaitu bahaso gala Dt.Bandaro (Bandaharo) dengan babarapo modifier adolah gala nan salalu dipakai urang nan mamacik jabatan puncak di suatu nagari gadang. Kito bisa baco bahaso Pucuak Koto Piliang adolah Dt. Bandaro Putih di Sungai Tarab. Pucuak suku Bodi Caniago adolah Dt. Bandaro Kuniang di Limo Kaum. Itu duo lareh utamo di Minangkabau. Lareh katigo di Nagari Asal Pariangan, Lareh nan Panjang dipimpin Dt. Bandaro Kayo.
Itu di Luak nan Tuo. Di Luak nan Tangah, Agam. Kito baco bahaso Koto Piliang dipimpin oleh seorang Dt. Bandaro juo, yaitu Dt.Bandaro Panjang di Biaro, nagari nan tatuo di luak Agam. Adapun Lareh Bodi Caniago dipimpin Dt.Bandaro di Baso. Iko hanyo bisa dipahami dalam konteks panghulu sebagai pimpinan di nagari, bukan hanyo sebagai kepala suku atau kaum.
Hanyo sampai di situ nan tasuo dalam buku. Kalau diadokan penelitian di lapangan kini ko mungkin bisa diuji, apokoh di tiok-tiok nagari, selalu ado Dt.Bandaharo nan menduduki jabatan pucuak?
UNDANG-UNDANG DI MINANGKABAU

Minangkabau tardiri dari Luhak dan Rantau.
Luhak nan Tigo yaitu Luhak Tanah Data, Luhak Agam dan Luhak Limopuluah.

Luhak Tanah Data
• Pariangan Padangpanjang
• Limokaum Duobaleh Koto
• Sungaitarab Salapan Batua
• Tanjuang nan Tigo
• Lubuak nan Tigo
• Langgam nan Tujuah
• Lintau Sambilan Koto
• Batipuah Sapuluah Koto
• Talawi Tigo Tumpuak
• Kubuang Tigobaleh
• Alam Surambi Sungaipagu
• Sapuluah Koto di Ateh
• Nilam Payuang Sakaki
Luhak Agam
• Ampek-Ampek Angkek
• Lawang nan Tigo Balai
• Nagari sakaliliang Danau Maninjau
• Luhak Limopuluah Koto
• Luhak
• Ranah
• Lareh
• Sandi
• Hulu
Jadi itulah "kecamatan-kecamatan" model saisuak.
Parincian nagari-nagari di tiok Luhak saroman iko:

Luhak Tanah Data

o Pariangan Padangpanjang
 Pariangan, Padangpanjang, Sungaijambu, Lubuak Atan, Guguak, Sikaladi, Sialahan, Koto Tuo, Batu Basa, Sumabua, Balimbiang, Simawang.
o Limokaum Duobaleh Koto
 Sambilan Koto di dalam
 Tabek Boto, Saloganda, Baringin, Koto Baranjak, Lantai Batu, Bukik Gombak, Sungai Ameh, Tanjuang Barulak, Rajo Dani
 Duobaleh Koto di lua
 Ngungun, Panti, Cubadak, Sipanjang, Pabalutan, Sawah Jauah, Padang Magek, Labuah, Palambahan, Sawah Tangah, Rambatan
o Sungaitarab Salapan Batua
 Sungaitarab, Koto Tuo, Pasia Laweh, Koto Panjang, Selo, Sumaniak, Patia, Situmbuak, Gurun, Ampalu, Sijangek, Kumango, Rao-rao, Padang Laweh, Talang Tangah, Talang Dusun, Koto Baru, Salimpauang, Supayang, Mandahiliang, Tabek Patah, Tanjuang Alam, Tungka, Barulak
o Tanjuang nan Tigo
 Tanjuang Alam, Tanjuang Sungayang, Tanjuang Barulak
o Lubuak nan Tigo
 Lubuak Sikarah, Lubuak Simauang, Lubuak Sipunai
o Langgam nan Tujuah
 Labuatan, Sungai Jambu, Batipuah, Tanjuang Balik, Sulik Aia, Singkarak, Saniang Baka, Silungkakng, Padang Sibusuak, Sumaniak, Saruaso
o Lintau Sambilan Koto
 Batu Bulek, Balai Tongah, Tanjuang Bonai, Tapi Selo, Lubuak Jantan, Buo, Pangian, Taluak Tigo Jangko
o Batipuah Sapuluah Koto
 Sumpu, Malalo, Pitalah, Tanjuang Barulak, Jaho, Tambangan, Pandai Sikek, Koto Laweh, Gunuang, Paninjauan.
o Talawi Tigo Tumpuak
 Talawi, Kolok, Sijantang, Kubang, Sawah Lunto
o Kubuang Tigobaleh disabuik juo Tanah Data nan di Ilia:
 Kubuang, Solok, Salayo, Kinari, Muaro Paneh, Cupak, Gantuang Ciri, Guguak, Sungai Lasi, Taruang-taruang, Tigo Baleh, Koto Baru
o Alam Surambi Sungaipagu
 Sariak Alam Tigo, Talang Babungo, Tanjuang Lolo, Surian, Pasia Talang, Muaro Labuah, Koto Baru, Tanjuang Gadang, Lubuak Malako, Bidar Alam, Abai Sangie, Sungai Kunik
o Sapuluah Koto di Ateh
 Singkarak, Saniang Baka, Sumani, Koto Sani, Panyinggahan, Kacang, Tanjuang Balik, Sulik Aia, Aripan, Bukik Kanduang.
o Nilam Payuang Sakaki
 Sisrukam, Supayang, Koto Anau, Bukik Sileh, Panyangkalan, Air Tumbuak, Alahan Panjang, Sungai Nanam, Salimpat, Air Dingin.
Luhak Agam
• Ampek-Ampek Angkek
Papindahan panduduak ka Agam nan tajadi dalam ampek angakatan itu, disabuik ampek-ampek angkek:
Angkatan Paratamu mambuek nagari
1. Biaro
2. Balaigurah
3. Lambah
4. Panampuang
Angkatan Kaduo mandirikan nagari
1. Canduang
2. Kotolaweh
3. Kurai,
4. Banuhampu
Angkatan Katigo mandirikan nagari
1. Sianok
2. Koto Gadang
3. Guguak
4. Tabek Sarajo
dan Angkatan Kaampek mambangun pamukiman nagari
1. Sariak
2. Sungaipua
3. Batagak
4. Batu Palano
Jadi nampak ampek angkek masiang-masiang ampek nagari, sahinggo disabuik Ampek-ampek Angkek. Ruponyo kudian disingkek sajo manjadi Ampek Angkek.
• Lawang nan Tigo Balai
o Matua Palembayan, Malalak, Sungai Landie
• Nagari sakaliliang Danau Maninjau
o Maninjau, Sungai Batang, Sigiran, Tanjuang Sani, Bayua, Koto Kaciak, Koto Gadang, Koto Mlintang, Paninjauan, Batu Kambang, Lubuak Basuang, Manggopoh
Luhak Limopuluah Koto

o Luhak di Air Tabik Minyak Salabu
 Suayan, Sungai Balatiak, Sariak Laweh, Tambun Ijuak, Batuhampa, Koto Tangah, Babai, Durian Gadang, Aia Tabik, Sungai Kamuyang, Situjuah, Limbukan, Padang Karambia, Sicincin, Aua Kuniang, Tiaka Payobasuang, Mungo, Andaleh, Taram, Bukik Limbuku, Batu Balang, Koto Nan Ampek, Koto Nan Gadang
o Ranah di Talago Gantiang
 Gantiang, Koto Laweh, Suliki, Sungai Rimbang, Guguak, Tiaka Balai Mansiro, Talago, Balai Talang, Kubang, Taeh, Simalanggang, Piobang, Sungai Baringi, Gurun, Lubuak Batingkok, Tarantang, Sarilamak, Harau, Solok Bio-bio, Padang Laweh
o Lareh di Sitanang Muaro Lakin
 Gaduik, Tabiang Tinggi, Sitanang, Muaro Lakin, Halaban, Ampalu, Surau, Labuah Gunuang
o Sandi di Payo Kumbuah
 Koto Nan Gadang, Koto Nan Ampek
o Hulu di Situjuah Bandanyo Dalam
 Padang Laweh, Sungai Patai, Suliki, Gunuang Sago, Labuah Gunuang, Balai Koto Tinggi


























TAMBO ALAM AMPEK ANGKEK
Perkembangan Sejarah Asal Suku Dan Nagari
________________________________________
03. SUKU SELAYAN DAN MELAYU
SUKU SELAYAN DAN MELAYU
Salayan adalah rumpun suku Chaniago, rumpun lainnya antara lain suku Balai Mansiang, Sumagek, Supanjang, Bicu, Panyalai dan lain lainnya. Mereka adalah golongan yang berafiliasi dalam kelarasan adat BODI CHANIAGO dibawah kepemimpinan Dt. Parpatiah Nan Sabatang. si Lubuak Agam ini mereka mereka melebur diri ke kelarasan adat KOTO PILIANG karena orang besarnya berada dibawah kepemimpinan Dt. Ketemenggungan. Asal muasal suku Salayan disinyalir berasal dari Banuhampu, mereka hijrah ke Timur dan menetap di Sitapuang. awal mulanya Sitapuang terdiri dari 6 suku KOTO, PILIANG, TANJUANG PISANG, GUCI, SIKUMBANG dan JAMBAK, kemudian datang suku SELAYAN maka jadilah Sitapuang Tujuh Suku. Kemudian suku Salayan turun ke Biaro
Sementara suku Malayu adalah suku Raja, mereka datang dari Pagaruyuang bersamaandengan kedatangan raja dan para pembesar Pagaruyung dari Gudam. suku ini adalah penengah dan pembawa amanah raja. jadi suku ini juga tidak memihak kepada salah satu kelarasan, akan tetapi tetap saja suku Melayu mengikuti kelarasan KOTO PILIANG karena persukuan tersebut berada dibawah pemerintahan kelarasan KOTO PILIANG. Pertama suku Melayu ini datang disinyalir datang dari Pagaruyung terus ke Tabek Patah dan terus ke Biar. dan penghulu mereka berdiam di Biaro. Kemudian suku ini menyebar ke Barat Biaro ( Balai nan Limo ) dan ke Selatan Biaro Lambah dan Panampuang. Tadinya Nagari Panampuang cuma ada 4 suku yaitu GUCI, JAMBAK, KOTO dan TANJUANG PISANG lalu suku SIKUMBANG yang ada di LAMBAH bersama Melayu dan SELAYAN meleburkan diri dalam satu titah penghulu yang dipegang oleh penghulu Sikumbang dan menjadi pesukuan baru di nagari Panampuang. Makanya Panampuang disebut juga dengan nagari Limo Suku yang awalnya cuma empat suku.
Baik suku SELAYAN maupun MELAYU mereka berkembang di bagian Utara IV angkek. mulai dari Balai Gurah, Biaro hingga ke Lambah, Balai Nan Limo dan Panampuang. Sampai ke Tilatang dan Salo






PASAMBAHAN
Si Alek :
Sungguahpun sutan saurang tampek ambo manibokan buah pasambahan,alah sarapek baliau angku nan tuo,pangulu nan bakarapatan
Sah dibilang diatok gala,indak katabilang ka pa atok gala samparono sambah..jo sambah juo dimuliakan kaharibaan sutan
Sambah nan kadihanta,titah nan kadipuhunkan kaharibaan sutan,tantang dimalam samalam nangko,pihak dihujan nan bapuhun,pihak dipaneh nan barasa atau karajo nan bapokok,silang nan bapangka,alah dihari dirantiahkan,gunuang tinggi disangko randah,baban barek disangko ringan,nan indak alah diadokan,nan matah alah bamasakkan,nan taserak alah bakampuangan,Allah rasonyo kamambari.
Hari baiak kutiko elok,pintak nan pangka sadang kabalaku,siriah lapeh panggilan datang,jauah hampia kamilah datang,niniak jo mamak bamuliakan,langkok jo cadiak tau pandai,alah kasanang paratian.
Janjang nan alah kami tingkek,bandua nan alah kami damiak,lapiak takambang alah bakaduduak i alah kusuik siriah dicarano,timbakau baguluangpun alh baisok.Pihak dijamu basa nangko,dibilang minum alah baramaik sajuak,dibilang makanpun alah baramaik kanyang,alah salasai kaduonyo.Niatan suci di nan pangka,mukasuik sangajo alah sampai,apo nan di ama alah pacah,hijab jo kabul alah samparono.
Limbak nan daripado itu,pihak dibadan diri kami,bukakkan pintu dinan pangka,nan hampia mintak ditahani,nan jauah mintak dilapeh jo hati nan amaik suci,jo muko nan amaik janiah,turun dijanjang dinan pangka,jan cacek maro malintang,jalan nan jauah kakami turuik,sawang nan indak bapagantuangan,doakan bana sampai-sampai,masuak kakorong kampuang kami,taruih karumah masiang-masiang.Silaturrahmi jan naknyo putuihnyak kuek jambatan baso basi nyak kuek hati nan tahubuang.Dibaliak itu balaia kapabudi,luluih dalam galombang hiduik damai.

Si Sipangka :

Silaro jatuah jo bungonyo
makanan ikan dalam tabek
tasirok darah di dado
tandanga himbauan dari si alek.

bari ba junjuang gagang siriah
dibasah kapua bueklah sadah
gambia kuniang bak tanah liek
pinang banamo pinang mudo
timbakau nan datang dari medan
diguluang timbakau jo karateh
iyolah rokok urang namokan

rokok sabatang balunlah habih
siriah sakapua alun di kunyah
tadanga himbauan si alek
tasirok darah didado
goyahlah sagalo pasandian
hati nan arok arok cameh
tadanga sambah kabakeh si pangkalan

maa... sutan
balam tabang , barabah mandi , barabah mandi dimuaro
salam pulang . samabah kumbali ka mulonyo.

Sungguah sutan surang tampek ambo mangumbalikan buah parsambahan. Alah sarapek baliau angku nan tuo , panghulu nan bakarapatan.
Usah dibilang di atok gala, indak ka ta bilang ka ta atok gala, namun sambah jo pasambahan juo ambo anta ka haribaan sutan.
Pasambahan nan ka di anta sampai kaharibaan sutan , iyolah tantangan sahari nangko , pihak di hujan nan bapuhun , pihak di paneh nan barasa , mulo hari di gantiahkan , baban barek di sangko ringan , jalan jauh disangko dakek. , gunuang tinggi disangko randah , pintak bak raso lai ka buliah kandak bak raso ka balaku.

Hari nan baiak alah tibo, kutiko nan elok pun alah datang , siriah lapeh panggilan datang, jauh ampia alek datang, imam jo katik bamuliakan sarato cadiak pandai , langkok basa jo panghulu.
Diateh itu pulo pihak juadah katangah pun alah baparenahi , makan panghulu alah baraso kanyang, minum pun baramaik sajuak.
Limbak nan dari pado itu tarabik kato dari baliau nan tuo , niniak jo mamak.
Kok duduak nyak maurak selo , tagak nyak ma asak langkah , minta bamohon ka tampek masing2 , mintak di lapeh jo hati nan suci, muko nan janiah saratojo muluik nan amat manih.
Kan baitu bana buah panitahan sutan nan katangah.
Sabanyak buah panitahan sutan nan tahanta alah manuruik adat nan bapakai , manurik cupak nan ba isi .
Akan tetapi samantang pun baitu , adat duduak jo nan tuo, limbago duduak jo na tahu, nan tuo lai taradia, panghulu lai kacarano, lamak kato balega bunyi, lamak siriah lega carano. Di bao kato jo baiyo, di ambiak ka angku nan tuo , panghulu nan bakarapatan sarato niniak mamak, sifat mananti sutan sakatiko.
Lai kadalam adat kato nan baitu sutan.

01. MEMBUKA NAGARI DI LUBUAK AGAM

DARI PARIANGAN PADANG PANJANG KE IV ANGKEK
Orang Ampek Angkek berasal dari Pariangan Padang Panjang, termasuk suku-suku yang ada di IV Angkekpun berasal dari sana. Mereka datang ke Agam melalui jalur Batipuah, karena Batipuahlah negeri yg pertama mereka buka setelah Pariangan dan kemudian mereka menyebar ke X Kotonya terus ke Batagak. Di Batagak ini mereka melantik Beberapa Penghulu dan memutuskan untuk membuka negeri baru di Lubuak Agam. 4 suku ke wilayah Utara sampailah mereka di Kapalo Koto ( Guguak Tinggi ) dan didiamilah negeri ini dengan 4 suku yang masing-masing suku dipimpin oleh penghulunya antara lain ada suku KOTO, PISANG, GUCI dan CANIAGO. Kemudian setelah dudun itu berkembang tak lama kemudian datang lah 2 suku lagi dari Pariangan yaitu suku Sikumbang dan Jambak, mereka dengan 4 suku sebelumnya mendirikan susun baru di Tabek Sarojo maka di sebutlah dusun baru tadi dengan 6 suku di Ekor Koto. Dari Ekor Koto mereka menyebar ke Barat dan terus ke utara dan berdiri pulalah nagari baru Koto Gadang dan Sianok.
Dan penghulu penghulu yan di Batagak mereka melantik beberapa penghulu, tempat pelantikan penghulu tadi di sebut sebagai dusun Kapalo Koto di Batagak, sesuai dengan nama nagarinya Batagak disanalah mereka merapatkan dan mendirikan penghulu serta nagari nagari yang bakaldidiami pertama kali. Maka sebahagian penghulu menyebar ke selatan berdirilah nagari Batu Palano dan sebahagian lagi ke Timur. maka berdiri juga nagari Sariak dan Sungai Puar.
Setelah itu sisa penghulu yang di Sungai Puar meneruskan perjalanan ke Babuai dan Talago dan beristirahat di sini. Dan mereka akhirnya memutuskan meneruskan perjalanan dan tak lama lagi mereka bermufakat mendirikan perkampungan di Balai Gurah Sekarang yang mereka namai Kapalo Koto di Balai Gurah. Mereka yang datang ini terdiri dari 4 suku yaitu PILIANG, GUCI, KOTO dan TANJUNG, masing masing suku dikepalai oleh kepala penghulunya antara lain Dt. Putiah Nan Sati dari suku PILIANG, Dt. Nan Basa dari suku GUCI, Dt. Tumangguang dari suku KOTO dan Dt. Palimo Sati dari TANJUANG. maka disebutlah Dusun Kapalo Koto menjadi 4 suku orang yang mula mula menghuni Kapalo Koto.
Kemudian datang lagi dua suku dari Pariangan Padang Panjang yaitu Jambak dan Sikumbang ke Kapalo Koto,setelah bermufakat dengan penghulu penghulu sebelum mereka datang di Kapalo Koto maka mereka memutuskan untuk mendirikan dusun baru di yang disebut Ekor Koto bersebelahan dengan Kapalo Koto tadi.
Maka dusun Ekor Koto terdiri dari 6 suku yaitu suku PILIANG, GUCI, KOTO, TANJUANG, SIKUMBANG dan JAMBAK. di dusun ini dilantik lagi Kepala Kepala Penghulu yang baru untuk mengatur suku suku dari keenam suku tersebut antara lain : Dt. Marajo dari suku KOTO, Dt. Rajo Endah dari suku TANJUANG, Dt. Rajo Bandaro dari suku GUCI, Dt. Mangiang dari suku SIKUMBANG dan Dt. Sati dari suku PILIANG.